Kata Al-Habib Ali-Al-Jufri “Aku telah menelefonnya dua minggu lepas dan beliau (Dr Ramadhan Al-Buti) berkata pada akhir kalamnya:

“Tidak tinggal lagi umur bagi aku melainkan beberapa hari yang boleh dikira. Sesungguhnya aku sedang mencium bau syurga dari belakangnya. Jangan lupa wahai saudaraku untuk mendoakan aku”

Pada beberapa hari sebelum kewafatannya, beliau berkata

“Setiap apa yang berlaku padaku atau yang menuduhku daripada ijtihadku, maka aku harap ia tidak terlepas dari ganjaran ijtihad” (yang betul mendapat dua ganjaran dan yang tidak mendapat satu ganjaran)

*Sheikh Ramadhan Al-Buti Syahid setelah dibom beberapa jam lepas di dalam Masjid Iman di Dimasyq. Beliau akhir-akhir ini mendoakan kehancuran kepada rejim Syiah Nusairiah, dan sedang dikawal ketat oleh pihak tentera. Dalam usahanya untuk keluar dari Syria beliau bersama pengikutnya dibom dan mendapat ganjaran Syahid. Moga Allah merahmati dan memberi ganjaran yang sebanyak-banyak­nya kepada Guruku dan Mujtahid Ummah Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buti. Hidupnya sebagai ulama, matinya sebagai syuhada. Al-Fatihah

Ustaz Noorazam Bahador


Bibliografi

Muhammad Sa’id ibn Mula Ramadhan ibn Umar al-Buthi dilahirkan di wilayah Buthan (Turki) pada tahun 1929 dari sebuah keluarga yang cerdas dan taat beragama. Ayahnya, Syekh Mula Ramadhan adalah salah seorang tokoh ulama besar di Turki, termasuk di Syam. Sesaat setelah peristiwa kudeta yang dilancarkan oleh Kemal Attatruk, ia pindah ke Syria bersama ayahnya. Sa’id kecil saat itu baru berusia empat tahun. Guru pertama baginya adalah ayahnya sendiri. Ayahnya pula yang memulai menanamkan pendidikan yang bermanfaat dan membesarkannya dengan wawasan keilmuan yang tinggi. Dengan segala kecerdasannya, Sa’id sendiri haus akan ilmu dan memiliki ingatan yang mengagumkan

Setelah menamatkan pendidikan Ibtidaiyah, ayahnya mendaftarkan sang anak di Ma’had at-Taujih al-Islamy di daerah Meidan, Damaskus di bawah pengawasan seorang mahaguru al-‘Allamah Syekh Hasan Habannakeh –rahimahullah. Syekh Hasan mengetahui pada diri Sa’id terdapat kecerdasan yang menonjol, karena itulah ia amat memperhatikannya dan menjadikannya fokus pengawasan, hingga Sa’id dapat menamatkan pendidikan Ma’had-nya dan menggondol Ijazah Tsanawiyah Syar’iyyah.

Selanjutnya, Sa’id menuju Cairo dan meneruskan studinya dengan spesialisasi ilmu Syariah hingga memperoleh Ijazah Licence. Pendidikan Diploma-nya (setingkat S2) ia ikuti di Fakultas Bahasa Arab. Pada tahun 1965, Sa’id Ramadhan menyelesaikan program Doktornya di Univ. Al-Azhar dengan predikat Mumtaz Syaf ‘Ula. Disertasi yang ia tulis dan berjudul “Dlawabit al-Mashlahah fi asy-Syari’at al-Islamiyyah,” mendapatkan rekomendasi Jami’ah al-Azhar sebagai “Karya Tulis yang Layak Dipublikasikan.”

Sa’id Ramadhan menguasai berbagai disiplin ilmu. Di samping secara khusus menekuni sastra, ia amat ‘menikmati’ keluhuran ajaran Islam, karena itulah ia mempelajari filsafat dan ilmu ‘debat’ untuk menghadapi pemikiran para atheis dan ahli bid’ah. Berbagai dialog yang menghadirkannya membuktikan bahwa Sa’id adalah tipikal ulama pemikir yang tenang, memiliki ketajaman analisis dan kedalaman pandangan.

Nampaknya, keikhlasannya berdakwah menyiarkan ajaran Islam adalah alasan yang paling utama dari kesuksesannya dan kecintaan orang-orang padanya. Ia menjadi tenaga pengajar di Fak. Syari’ah Univ. Damaskus semenjak 1961. Kemudian Ketua Jurusan Fiqh Islam pada Fak. Syariah dan pada gilirannya duduk sebagai Dekan Fakultas pada tahun 1977. Saat ini Sa’id Ramadhan bekerja sebagai Guru Besar di Fakultas Syariah Univ. Damaskus dalam bidang Fiqh Islam. Menghadiri berbagai muktamar penting dunia Islam; Aljazair, Saudi Arabia, Emirat, Bahrain, dan Turki serta belahan lain dunia Barat. Saat ini ia duduk sebagai anggota Lembaga Kajian Peradaban Islam milik kerajaan di Yordania.

Sa’id Ramadhan amat dikagumi oleh para ulama dan pemikir muslim dari berbagai penjuru, karena ketinggian ilmu dan kehebatan argumentasinya dalam berbagai diskusi. Sa’id aktif memberikan cermah/pengajian di beberapa masjid di Damaskus. Pengajian Mingu Malam (al-Hikam li Athoillah as-Sakandari) dan Kamis malam (Riyadlush-Shalihin li al-Imam an-Nawawi) di Masjid al-Iman Damaskus selalu dipenuhi oleh ribuan kaum muslimin.

Baca lanjut: http://pena-mylife.blogspot.com/2012/04/biografi-dr-said-ramadhan-al-buthi.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Words Format E Book
Previous articleGejala Dadah dikalangan Remaja
Next articleAntara Dua Darjat
Dilahirkan di Kota Bharu Kelantan. Pendidikan awal di sekolah Kebangsaan Perol dan Sultan Ismail College (SIC), Kelantan. Melanjutkan pelajaran di peringkat ijazah perubatan di Universiti Sains Malaysia, Kubang Kerian, Kelantan. Kemudian, melanjutkan pelajaran ke peringkat Sarjana (Master of Medicine) dalam pengkhususan Perubatan Keluarga di Universiti Kebangsaan Malaysia. Kini berkhidmat di Klinik Kesihatan Ketengah Jaya, Dungun, Terengganu sebagai Pakar Perunding Perubatan Keluarga. Banyak terlibat dalam menyampaikan ceramah mengenai fikah perubatan. Menulis secara aktif dalam laman web peribadi beliau berkaitan isu-isu semasa termasuk vaksin dan sebagainya. Motto utama hidup beliau adalah Hidup Bermanfaat. Maklumat lanjut mengenai beliau dan hasil penulisan lain boleh diperolehi dari laman web www.suhazeli.com